Langsung ke konten utama

Mahasiswa FISIP UIN Walisongo Pasang Vandal sebagai Bentuk Kekecewaan terhadap Birokras

 

Reference – Sejumlah vandal ditemukan terpasang di beberapa titik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo pada Senin pagi. Vandal yang berisi kritik terhadap transparansi anggaran ini dipasang di area Taman FISIP (FISIP Garden) dan Mading Fakultas. Semarang (10/03/2024) 

Setidaknya lima vandal ditemukan dengan berbagai tulisan yang menggambarkan keresahan mahasiswa. Beberapa di antaranya berbunyi: “Uang kami nyata, laporan dana fiktif”, “KKL gratis? Hanya ilusi!!!”, “Mahasiswa kecewa, janji tinggal wacana”, “Kalau janji manis mah siapapun juga bisa, relasi yang susah!!”, dan “Mahasiswa terbungkam, janji transparansi dana nggak tahu ke mana!!”. Semua vandal ini juga disertai dengan tagar #fisipomonomon dan #janjimanis.

Hingga saat ini, belum diketahui siapa pihak yang bertanggung jawab atas pemasangan vandal tersebut. Namun, diyakini bahwa mereka yang terlibat adalah mahasiswa yang kecewa dengan hasil audiensi yang dilakukan sebelumnya dengan pihak fakultas.

Salah seorang mahasiswa Sosiologi, Heri Ardianto, menyatakan dukungannya terhadap pemasangan vandal tersebut. “Saya pro, karena ini bagian dari demokrasi dan kebebasan berekspresi. Wajar jika ada mahasiswa yang resah dan menyampaikan keresahannya lewat tulisan,” ujarnya.

Dani, Ketua DEMA FISIP, juga menanggapi aksi ini sebagai bentuk ekspresi kekecewaan mahasiswa terhadap birokrasi. “Pemasangan vandal ini adalah representasi dari kekecewaan mahasiswa terhadap ketidakjelasan pengalokasian anggaran KKL dan juga anggaran pelatihan bahasa ke Pare,” ungkapnya.

Tidak berselang lama, pihak fakultas segera menertibkan vandal-vandal tersebut. Pada siang harinya, seluruh vandal sudah dihapus oleh pihak kampus. Wakil Dekan III FISIP UIN Walisongo, Parmudi, menanggapi aksi ini dengan menyebut bahwa vandal merupakan bentuk ekspresi mahasiswa yang merasa aspirasinya tidak tersalurkan dengan baik.

“Mahasiswa kecewa, mungkin karena tidak ikut audiensi, atau sudah ikut audiensi tetapi hasilnya tidak memuaskan, sehingga akhirnya mereka mengekspresikan kekecewaannya,” kata Parmudi.

Ia juga menjelaskan bahwa dana pelatihan bahasa ke Pare sebenarnya telah dialihkan ke dana Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan total Rp1,8 juta per mahasiswa sebelum adanya efisiensi. Namun, kebijakan efisiensi anggaran oleh pemerintahan Prabowo berdampak pada pemotongan anggaran KKL.

Terkait transparansi anggaran, Parmudi menegaskan bahwa biaya KKL tidak berasal dari fakultas, melainkan hasil kesepakatan dengan pihak Event Organizer (EO). Mengenai transparansi dana EO, ia menjelaskan bahwa EO memiliki hak untuk tidak membuka detail pengelolaan anggarannya karena itu merupakan bagian dari kebijakan internal mereka.

Pemasangan vandal ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa masih merasa kurangnya transparansi dalam pengelolaan dana di FISIP UIN Walisongo. Kritik utama yang disampaikan adalah kekecewaan terhadap birokrasi kampus yang dinilai tidak terbuka dalam pengelolaan anggaran, terutama terkait KKL dan pelatihan bahasa ke Pare.


Penulis: Zaenal Arifin
Redaktur: Tegar Budi Hartadi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menengok Kembali Sejarah Perkembangan Gawai Dari Abad 19 Sampai Sekarang

Sumber foto: https://www.ngerangkum.com Memasuki abad ke-20 kehidupan manusia mulai disibukkan dengan berbagai macam perubahan yang terjadi secara evolusioner. Perubahan-perubahan tersebut terlihat mencolok pada aspek teknologi. Berbagai pembaruan dan kecanggihan teknologi dihadirkan dalam kehidupan manusia. Perlahan namun pasti, hadirnya teknologi mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Era saat ini juga bisa disebut dengan era digital, era di mana  aktivitas manusia bergantung pada teknologi. Lalu bagaimana bisa aktivitas manusia bergantung pada teknologi? Bahkan bisa dikatakan manusia tidak bisa lepas dari hal tersebut. Simpel sekali, sebut saja yang paling dekat dengan kehidupan manusia setiap harinya, yaitu gawai. Gawai atau nama lain dari gadget yang kemudian karena kecanggihan dan kepintarannya kita biasa menyebutnya dengan smartphone . Dari waktu ke waktu gawai telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Jika dulu gawai hanya sebatas peng...

Intervensi Militer Dalam Forum Diskusi Akademik KSMW X FTPS

Gambar seorang mahasiswa yang sedang diintrogasi TNI Reference - Forum diskusi kolaborasi antara Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) dan Forum Teori dan Praktik Sosial (FTSP) didatangi intelejen, tentara, dan security. Diskusi dengan tema "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" dilaksanakan di samping Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, pada Senin (14/04/2025).  Forum diskusi sebagai bentuk kebebasan akademik dimasuki seseorang yang diduga intelejen, tak lama setelah diskusi dimulai.  Intelejen yang memperkenalkan diri dengan nama Ukem, tiba-tiba hadir di tengah diskusi pembahasan militer masuk ke kampus.  Ukem yang memakai kaos hitam celana panjang langsung duduk di barisan belakang.  Pemantik dari FTPS, Farhan, merasa ada sosok mencurigakan yang tiba-tiba memasuki forum diskusi. Untuk memverifikasi intelejen tersebut, Farhan mengajak masa forum untuk memperkenalkan diri dan latar belakang.  " Biar makin kenal, ...

Mic UKM-U KSMW Diduga Disabotase Pasca Ungkap Keburukan Birokrasi

LPM REFERENCE— Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) terjun ke Gedung Serba Guna di Kampus 3 UIN Walisongo Semarang untuk melakukan expo UKM-U (11/08/2024). KSMW menampilkan orasi yang disampaikan oleh Kamil di hadapan mahasiswa baru angkatan 2024. Dalam orasinya, Kamil mengungkapkan fakta-fakta terkait kondisi birokrasi kampus yang dinilainya buruk. "Kalian adalah sapi-sapi perah penghasil UKT," ujar Kamil dalam orasinya. Namun, sesaat setelah pernyataan tersebut, microphone yang digunakan Kamil tiba-tiba mati. Meskipun demikian, Kamil tetap melanjutkan orasinya dan kembali menjelaskan mengenai UKM-U KSMW. Ketika Kamil menyebut istilah "UIN Komersil," microphone yang digunakan kembali mati. Kejadian ini memunculkan kecurigaan di kalangan peserta, terutama karena sebelumnya UKM-U Kopma yang juga menyampaikan presentasi tidak mengalami kendala teknis apapun. Bahkan, ketika KSMW mencoba menggunakan tiga microphone yang b...